DORONGAN UTOPIS SEBAGAI PATOLOGI REMAJA

                 







                 Dulu penulis pernah didatangi oleh seorang temannya saudara yang masih STM, pada waktu itu kebetulan sudah kelas 3 dan mempunyai masalah tentang karir. Teman saudara saya dulu pernah bertanya bahwa, mampukah saya sekolah di salah satu sekolah tinggi di Surabaya padahal disana itu sangat dituntut akan profesionalismenya. Dituntut untuk selalu kerja keras, dengan system pembelajaran yang berbasis KP (kemampuan proses). Bagi siswa yang sekolah di STM, pada umumnya banyak yang tidak dikondisikan dalam hal ketahanan belajar. Sehingga dia sangat kuatir, mampu atau tidakkah, dia sekolah di salah satu sekolah tinggi si Surabaya yang disana sangat dituntut profesionalismenya dan kerja kerasnya. Rasanya seperti tidak mungkin. Karena kebiasaan teman penulis itu sehari-harinya malas-malasan, suka tidur dikelas dsb. Teman saya juga sempat beranggapan bahwa karena dia mempunyai sifat malas yang sulit untuk dirubah, dia merasa tidak mampu untuk melanjutkan kuliah. Dan parahnya dalam melakukan aktifitas sehari-haripun, juga terasa tidak mampu untuk melakukan kehidupan seperti biasanya, dikarenakan satu-satunya harapan untuk masuk disalah satu sekolah tinggi di Surabaya gagal diraihnya. Disinilah sudah jelas terlihat jelas dihadapan kita bahwa kondisi remaja kita sekarang ini memang benar-benar sangat memprihatinkan. Tidak hanya teman saudara penulis saja yang pernah mengalami kejadian semacam ini, penulispun juga pernah mengalami hal semacam ini. Dulu penulis juga sempat berfikir bahwa, ketika semua kemampuan saya tidak mendukung untuk kuliah di sebuah sekolah tinggi di Surabaya, dikarenakan penulis mempunyai sifat malas, tidak terbiasa hidup sederhana, dan kurang pegalaman akan profesionalisme dalam berkerja, saya sempat pesimis bisa kuliah disana. Akibatnya dalam menjalani kehidupan sehari-haripun, juga terasa malas rasanya karena sudah tertanama adanya sifat malas, sama dengan tidak bisa melanjutkan kuliah di salah perguruan tinggi yang difavoritkan. Nah ini hanya cuplikan beberapa saja dari teman-teman disekeliling kita dan masih banyak lagi remaja yang mengalami kejadian sama seperti tadi. Inilah yang dinamakan utopis. Akibatnya apabila semua generasi mud Indonesia mengalami hal yang sama dan tidak ada solusinya, bisa dipastikan Indonesia akan menjadi Negara yang takkunjung berkembang dikarenakan generasi penerusnya mengalami kecenderungan utopis. Negara yang dicita-citakan oleh leluhur kita sebagai Negara yang mkmur, Negara yang berkembang, Negara yang thoyibah, hanya akan menjadi mimpi belaka dan selamanya tdak kan pernah terwujud. Karena ada masalah seperti ini di masyarakt, maka penulis ingin mengangkat sebuah artikel yang berjudul “DORONGAN UTOPIS SEBAGAI PATOLOGI REMAJA”. Dan diharapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran bagi remaja kita saat ini khususnya agar mampu dan sigap dalam menyikapi hal-hal semacam ini.


PENGERTIAN UTOPIS
Tinjauan bahasa: keinginan untuk mencapai sesuatu yang mustahil dapat diraih. (WJS Purwodaminto)
Tinjauan menejemen: menjadi mutahlnya sesuatu dikarenakan dua hal:
       1.       Tujuan yang ditetapkan tidak ada dalam kenyataan.
Ex: ingin menjadi malaikat.
       2.       Cara mencapai tujuannya tidak realistis.
Ex: ingin menjadi dokter tetapi tidak mau sekolah

SEBAB-SEBAB DORONGAN UTOPIS PADA REMAJA

Prof. DR singgih D gunasa berpendapat dorongan utopis ini menguat pada masa remaja. Adapun sebabnya adalah:
1.       Berkembangnya kognitif remaja dalam bidang intelek yang menyebabkan remja mualai berfikir akan filosofi tujuan hidup. Disinilah salah satu factor utma munculny dorongan utopis pada remaja.
2.       Tertanamnya paradigma bahwa, dalam menjalankan segala aktivitas, itu harus tampil perfect, sehingga bagi sebagian remaja merasa berat dalam menjalani hidup padahal sebenernya tidak sesulit itu.
3.       Remaja menganggap bahwa masih banyak alternative untuk cita-cita saya tetapi dalam penerapan dikehidupan sehari-harinya sangat minim sekali.
4.       Ilmu pengetahuan dan pengalaman remaja masih sangat minim. Dikarenakan mereka hanya melihat suatu permasalah hanya dalam kacamata dimensi epistemology secara murni, tetapi tidak melihat realitas etika dibalik sutau permasalahan.


4 hal inilah yang mendorong terbentuklah dorongan utopis bagi remaja saat ini terutama dalam hal:
a.       Menetapkan filosofi tujuan hidup
b.      Tidak realistis dalam mencapai tujuan tersebut.

PATOLOGI REMAJA
Jika dilihat dari fungsi dasar jiwa, yaitu: EGO, ID, SUPER EGO
Dari sini dapat kita ketahui patologi jiwa dikarenakan karena:
         1.       Adanya paradigma hidup yang rancu.
         2.       Sulit membedakan mana yang benara dan mana yang salah.
Ex: seorang siswa smp ingin melanjutkan sekolah di sma. Tetapi ada seorang siswa di sma tersebut yang nakal. Rokokan, minum-minuman keras, dsb. Akhirnya dia menyimpulkan bahwa karena disetiap sekolah ada anak nakalnya, maka tidak usah sekolah saja. Padahal, jika tidak sekolah, kita bisa menjadi jumud dan sulit untuk memenuhi kebutuhn sehari-hari.
         3.       Nilai moral yang selama ini dia anut, ternyata salah dalam hal kebenarannya.
Ex: orang yang semula berfikir bahwa sapi haram dimakan, dikarenkan keterbatasan intelektualnya, tetapi dalam hkenyataannya tidak haram. Perpindahan dari nilai moral satu ke yang lainnya jika tidak memiliki kemapuan adaptasi yang kuat, bisa dipastikan dia akan down dan mengalami dilema.

Kita langsung masuk ke studi kasus diatas tadi:
1.       Malas: disana disebutkan bahwa masalah yang mendasari munculnya dorongan utopis. Karena adanya rasa malaslah tersebut, menyebabkan munculnya rasa pesimisme  untuk masuk dalam sekolah tinggi di Surabaya, sehingga menyebabkan munculnya rasa bersalah karena tidak bisa masuk di sekolah tinggi yang menjadi favoritnya. Sehinga menyebabkan dalam menjalani hidup sehari-hari terasa malas, terasa tidak bermakna dsb. Nah,, memnag pada umumny mala situ tidak baik bagi kita. Tetapi ada kondisi dimana mala situ menjadi sesuatu hal yang baik, mungkin disebabkan tidak minat, atau kurang fitnya tubuh untk menyelesaikan suatu pekerjaan. Justru jika dipaksakan, akan mengakibatkan dampak yang sangat fatal sekali. Misalnya, saya dituntut oleh orang tua saya untuk menjadi dokter. Tetapi saya sangat takut sekali dengan darah, ketika melihat darah saya semaput. Wajar jika saya malas untuk menjadi seorang dokter. Justru ketika saya memaksakan diri untuk menjadi dokter, bisa dipastikan dalam menjalankan tugas-tugas saya tidak akan berjalan maksimal dan pastinya akan gagal dan berdampak pada orang lain. Sehingga, jika saya tidak berminat menjdai dokter, kita bisa memilih dibidang mana saya minatnya. Miaslnya menjadi guru, menjadi dosen dsb. Jadi disini bisa disimpulkan tidak semua sifat mala situ sama dengan buruk. Kita harus faham dulu dan merumuskan dimana letak kemalasan saya, dan dalam bidang apa. Jika sudah tau maka harus diselesakan.
2.       Tidak terbiasa hidup sederhana. Apakah ketika kita tidak terbiasa hidup sederhana sama dengan semua hidup kita menjadi hancur ?? karena tidak bisa meanjutkan kuliah di sekolah tinggi yang kita inginkan. Kita terlalu berangapan bahwa seakan-akan masalah ini tidak bisa dipecahkan, padahal ya jelas bisa. Caranya bisa dengan melakukan penghayatan, belajar bagaimana hidup menjadi orang miskin, dan yang terpenting mengkondisikan diri kita untuk selalu hidup sederhana.

Kerancuan dalam menetapka standart niali moral inilah  yang kami sebut utopis. Prinsip kerancuan diatas adalah:
       1.       Tidak adanya pengkondisian bagi remaja kita sekarang untuk diberi stimulus tentang mana paradigma yang benar dan mana paradigma yang salah.
       2.       Tidak realistis dalam mencapai tujuan hidupya,
       3.       Kaku dalam merubah sifat-sifat yang ada dalam dirinya.
a.       Overgenerisasi: memandang kesalahan sebagai kesalahan terakhir yang tidak ada batasannya.
b.      Filter mental: terus memikirkan sebuah kesalahan kecil anda yang menyebabkan banyaknya kebaikan yang ada dalam diri anda, terhapus oleh sebuah kesalahan yang sebenarnya sangat kecil.
c.       Mendiskualifikasi yang positif: anda menolak pengalaman. Sehingga anda mempertahanlan keyakinan negative anda yang bertentangan dengan pengalaman-pengalaman positif anda.
d.      Pembesaran terhadap masalah: kita terlalu mendang masalah yang sebernya kecil tetapi terlalu difikirkan terlalu berlebihan, sehingga menyebabkan timbilnya rasa pesimis.
e.      Loncatan-loncatan kesimpilan: kita sering menafsirkan kesimpulan-kesimpulan yang kita buat tanda pendasaran realitas kenyataan yang sebenarnya.

TERAPI TERHAFAP PATOLOGI YANG DISEBABKAN UTOPIS
 Terapi dalam mengatasi utopis dikalangan remaja itu ada 2. Diantaranya:
         1.       Dengan pendekatan internal:
a.       Memperbaiki paradigma-paradigma pemikiran yang masih salah karena mungkin disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang dimilki dan kurangnya pengalaman.
b.      Realistis dalam mewujudkan tujuan hidup kita dengan mempertimbangkan semua variabelnya agar bisa sukses dan bisa menikmati hasilnya.
c.       Menyadari bahwa kesalahan-kesalahan yang dulu merupakan sarana untuk memperbaiki kepribadian yang semula buruk menjadi pribadi yang lebih baik.
d.      Menyadari akan kemampuan diri dalam penempatan karir


         2.       Dengan pendekatan eksternal:
a.       Dengan melakukan penghayatan  terhadap problematika permasalahan riel.
b.      Mengikuti organisasi yang benar-benar bisa dan mampu menuntun kita untuk menjadi pribadi yang seperti kita cita-citakan dan seasumsi
c.       Dengan mengkondidikan diri kita untuk selalu terbiasa berfikir, apa itu yang dinamakan kebenaran, dan mana yang dinamakan “salah”

Landasan terapi dalam islam:


قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ


Katakanlah, “Wahai hamba- hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Mengampuni dosa-dosa**semuanya. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.


------------------------------------------------------------------


(QS Az- zumar 39:53)   

0 komentar: