FRUSTASI EKSISTENSIAL


                    


                     Sering sekali kita mendengar kata-kata “galau”. Entah itu di sekolah, di rumah, di lingkungan sekitar rumah, lingkungan perkantoran dll. semua diantara kita pernah mengalami yang namanya galau, atau dalam bahasa saya adalah frustasi eksistensial. Artinya adalah ketika kita memiliki suatu tujuan tertentu, tetapi pada kenyataannya kemampuan diri kita tidak mendukung untuk tercapainya tujuan tersebut. Atau bisa juga karena adanya dua motif yang saling bertentangan. Misalnya, saya adalah seorang anak dari keluarga yang miskin. Nah,, suatu hari saya ingin membeli sebuah mobil Ferrari 250 GTO dengan harga 16.760.000$. Tetapi karena saya adalah anak yang notabennya adalah keluarga yang miskin, maka saya tidak bisa membeli mobil dengan harga seperti itu. Karena tujuan yang saya idam-idamkan dari dulu tidak bisa tercapai, karena kurangnya kemampuanku untuk membeli mobil, disinilah timbul yang namanya frustasi eksistensial semacam luapan emosi yang tidak bisa terkendali, kecemasan, bahkan depresi dll. Dampaknya bisa sampai bosan untuk menjalani hidup, rasanya tidak ada makna hidup, bahkan sampai ingin melakukan bunuh diri. Ketika penulis mengamati bagaimana kehidupan seseorang dari remaja sampai orang dewasa, ternyata prosentase frustasinya berbeda-beda. Orang dewasa pada umumnya justru lebih enjoy dalam menghadapi frustasi-frustasi yang melandanya. Tetapi tidak pada anak usia remaja. Pada usia remaja, yang sangat didominasi dengan perasaan yang kuat dan sulit untuk mengendalikannya, sering sekali yang terjebak dalam frustasi eksistensial. Ada yang sampai murung, mengunci diri rapat-rapat dari kehidupan social masyarakt. Kenapa sih kita membahas topic ini ?? karena disadari bahwa usia remaja adalah usia yang paling rentan dan kurangnya akan pengalaman hidup, maka disini penulis akan sedikit membahas tentang apasih yang dinamakan frustasi eksistensial dan solusinya, harapnya bisa memberikan motivasi dan bisa merubah paradigma remaja sekarang yang mungkin sulit move on dari frustasi, menjadi remaja yang benar-benar tangguh dalam menghadapi kejamnya kehidupan.



PENGERTIAN FRUSTASI EKSISTENSIAL

                 Frustasi existensial berasal dari 2 kata yaitu, frustasi dan existensial, yang artinya suatu keadaan ketegangan dan idak menyenangkan diliputi kecemasan yang disebabkan karena gerak kearah tujuan yang individu inginkan terhambat atau tertunda.atau adanya konflik antara 2 motif yang bertentangan.
Oleh pencipta istilah ini (Victor Frank) frustasi existensial diartikan sebagai penderitaan batin berupa adanya perasaan-perasaan hampa, keadaan “mati” sebelum mati.

PENYEBAB FRUSTASI EXISTENSIAL

                  Ketika penulis masih usia anak-anak, tepatnya pada usia sekolah dasar, penulis pernah berfikir, masa’ sih, kita hidup itu cuman makan, tidur, bangun, sekolah, kuliah, tua, jadi orang tua, jadi kakek nenek, terus mati ?? masa’ hidup dari dulu Cuma gitu’’ aja ?? seperti tidak ada dinamikanya. Apa guna al-quran turun jika rutinitas hidup kita dari dulu sampai sekarang Cuma gitu-gitu aja. Seakan-akan hidup itu tidak ada maknanya. Parahnya, paradigma semacam ini sangat menjamur di kalangan remaja umumnya yang cenderung SO (study oriented) sehingga menyebabkan si anak tadi kurang akan pengalaman hidup yang menyebabkan ketika ada masalah yang berat, dia sulit untuk menyelesaikan karena minimnya pengalaman. Ketika penulis mengamati teman-teman sekolah, banyak diantara mereka yang ketika menghadapi masalah, ujung-ujungnya sampai depresi karena minimnya pengalaman hidup. Masa remajanya malah digunakan untuk senang-senang saja, bukan untuk mencari pengalaman sebanyak-banyaknya untuk persiapan dimasa depan. Justru akan rugi bagi siapapun yang menghabiskan masa mudanya hanya untuk SENANG-SENANG SAJA, karena masa remaja itu sebernnya adalah masa yang tepat untuk kita mencari pengalaman hidup. Jika kita data, penyebab frustasi existensial adalah:
       1)      Tidak bisa membaca gejala penyakit psikis seperti ini
       2)      Tidak punya akan tujuan hidup
       3)      Kurangnya akan makna tujuan hidup
                            a.       Kurangnya penghayatan akan kehidupan
                            b.      Minimnya pengalaman menghadapi masalah

       4)      Jika sudah mempunyai tujuan hidup, tetapi kurang mengaplikasikan kedalam dunia riel
       5)      Jika sudah mempunyai tujuan hidup, tetapi tidak mendapatkan aktualisasi dari masyarakat sekitar

Gejala-gejala seperti ini sering terjadi dilingkungan remaja karena dalam usia remaja, persaan/emosilah yang paling dominan berkembang. Sehingga dalam menyikapi sesuatu, mereka cenderung mendahulukan perasaan dari pada memikirkannya dulu. Banyak ydiantara mereka yang terombang-ambing oleh tantangan zaman dikarenakan mereka cenderung HANYA INGIN MEMUASKAN NAFSU SENANG-SENANGNYA SAJA. Jarang diantara mereka yang berfikir sebenarnya apasih tujuannya aku diciptakan didunia ini, yang mereka cari hanya kesenangan hidup belaka (matrealisme hedonism)


KESIMPULAN TENTANG PENYEBAB FRUSTASI EXISTENSIAL

         1)      Kurangnya penghayatan akan makna filosofi tujuan hidup. Seseorang yang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas, pasti dalam hidupnya terasa hampa, tidak ada arah tujuan. Dan bisa dikahawatirkan akan terjerumus kedalam hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti bagaimana hancurnya dunia artis Indonesia sekarang. Sangat tercermin betapa rusaknya moral mereka. Meghambur-hamburkan uang padahal banyak orang lain yang lebih membutuhkan. Mengkonsumsi obat-obat terlarang hanya demi kebahagiaan yang sementara, tetapi mereka tidak memikirkan dampak setelah menggunakannya.
        2)      Tidak terbiasa menyelesaikan masalah-masalah kehidupan riel. Seseorang yang memiliki problem filsafati tentang tujuan hidup, pasti tidak akan terbiasa menyelesaikan masalah-masalah kehidupan nyata dikarenakan dia tidak terbiasa berfikir mengenai apa subtansi masalah yang sedang dialaminya. Mereka sulit membedakan mana yang disebut benar, dan mana yang disebut salah. Khususnya pada saat remajalah mulai berkembangnya emosi, dan perasaan yang berlebihan. Dalam menyelesaikan masalah pun, remaja selau mengedapankan emosi atau perasaan daripada metodologi akalnya .
       3)      Kurangnya pengalaman riel untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan. Bagi orang yang minim akan pengalaman, bisa dipastikan ketika datang sebuah masalah yang berat baginya, akan menyebabkan shock dan jika masalah itu sangat berat bagi dia, akan menyebabkan stress. Karena dia bingung bagaimana cara menyelesaikan masalahnya Karena dia tidak memiliki pegalaman bagaimana cara menyelesaikan masalah hidupnya.

SOLUSI PEMECAHANNYA

      1)      Menyelesaikan problem-problem filsafati dengan benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Teknisnya bisa dengan cara merubah paradigma hidup yang sebelumnya tidak benar, menjadi benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Bisa Tanya dengan orang yang ahli dibidangnya. Merubah konsep berfikir yang semula tekstual, menjadi konsep pemikiran yang berbasis masalah riel.
      2)      Dengan bantuan al-quran sebagai kitab suci umat islam dan sekaligus petunjuk hidup bagi umat manusia agar bisa mendapatkan kebahagiaan yang mutlak. Jika kita sudah diberikan oleh Allah sebuah kitab yang bisa menuntun kita menuju jalan kebahagiaan yang tiada taranya, tetapi kita justru tidak mau mempelajri, tidak mau membaca, tidak mau mengaplikasikan di kehidupan kita sehari-hari, ya percuma saja Allah menurunkan sebuah petunjuk hidup tetapi kita tidak mau mempelajarnya. Padahal didalamnya banyak sekali termuat akan filosofi tujuan hidup. Jika kita tidak mau mempelajarinya, maka kelak ketika kita mati besok, kita harus siap untuk mempertanggungjawabkan semua yang kita lakukan.
  وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Bisa disimpulkan dari ayat diatas, dalam segala hal, termasuk dalam hal berfikir mengenai tujuan hidup, pasti kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Karena kualitas seseorang, itu ditentukan oleh konsep tujuan hidupnya. Semakin berkualitas tujuan hidupnya, maka semakin berkualitas pula prilakuknya. Semakin rendah kualtas tujuan hidupnya, maka semakin rendah pula prilakunya. Nah inilah yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh tuhan kita sendiri dan kita hrus siap menanggung konsekuensinya.

       3)      Menyadari kelemahan dan kelebihan pada diri masing-masing individu.  Setiap orang pasti memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita sendiri jika itu bertentangan dengan kemampuan dasar kita. Jika kemampuan kita ada di bidang logika, maka jangan dipaksakan untuk menjadi atlet terkenal karena itu sudah diluar batasan-batasan psikis kita. Jika kita tetap memaksakan, akibatnya kita bisa stress karena kita dipaksakan untuk melakoni sesuatu yang sebenarnya tidak kita sukai.
      4)      Mengikuti organisasi yang anggotanya memiliki paradigma yang sama (seperjuangan). Dengan mengikuti organisasi yang seperjuangan, kita akan dilatih untuk terus mendewasakan diri, mengupgrade metode berfikir kita, sehingga bertambahlah pengalaman kita dalam menyelesaikan masalah kehidupan.






0 komentar: